Selasa, 03 Juni 2014

Ergonomi Tempat Duduk



ERGONOMI TEMPAT DUDUK (SEATING)

ERGONOMI TEMPAT DUDUK  (SEATING)

Ergonomi berasal dari dua kata Yunani kuno yaitu “ergon” dan “nomos”. Ergon berarti kerja, sedangkan Nomos berarti hukum/aturan. Secara keseluruhan ergonomi berarti “hukum / aturan yang berkaitan dengan kerja. Ergonomi (atau faktor manusia) adalah disiplin ilmu yang bersangkutan dengan pemahaman tentang interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem, dan profesi yang menerapkan prinsip-prinsip teoritis, data dan metode untuk desain untuk mengoptimalkan kesejahteraan dan keseluruhan kinerja sistem manusia. [1]

DR L. Meily K.
Ergonomi menjadi pilar kesehatan dan menjadi salah satu indikator kesejahteraan. Menurut DR L. Meily K. bahwa mengapa perbaikan ergonomi perlu dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap penyakit CTDs (Cumulative Trauma Disorders) akibat faktor risiko kerja postur janggal, beban, frequensi dan durasi yang bersumber dari pekerjaan, seperti nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah atau low back pain, rasa baal pada jari telunjuk, jari tengah dan jari manis yang disertai nyeri terbakar pada malam hari, kekakuan, lemah dan nyeri saat tangan digunakan dan dikenal dengan nama carpal tunnel syndrome. [2]
Dalam ergonomi postur tubuh adalah faktor yang sangat penting, salah satunya postur duduk yang setiap orang lakukan setiap hari dalam durasi berjam-jam. Tujuan utama membuat disain ergonomi untuk kursi atau tempat duduk adalah menciptakan sedemikian rupa bentuk kursi sehingga dapat mempertahankan postur tulang punggung yang fisiologis, dengan demikian diharapkan kerja otot tidak perlu berkontraksi. [3] Postur duduk yang ergonomis dimana mempertahankan postur badan yang stabil dan memenuhi hal-hal sebagai berikut :
  1. Menyenangkan dalam jangka waktu tertentu,
  2. Memuaskan secara fisiologi, dengan duduk kita jadi lebih nyaman,
  3. Sesuai / serasi / cocok dengan pekerjaan yang dilakukan
Prinsip duduk normal / santai :
  1. Lutut fleksi 90 derajat.
  2. Tubuh fleksi di atas pada 90 derajat.
  3. Pelvis rotasi ke belakang 30 derajat atau lebih.
  4. Berat badan bertumpu pada “ischial tuberositas
  5. Bagian atas tulang sacrum agak horizontal
  6. dibandingkan dengan sitting
Berikut ini konsep-konsep ergonomis yang perlu dilengkapi pada kursi atau tempat duduk untuk memenuhi kaidah yang dibahas pada paragraf di atas.

1. KEADAAN OTOT

  • Karena mobilitas terbatas hanya pada meja & kursi maka tidak bisa bebas sepenuhnya dari aktivitas
  • “Duduk tegak lurus” tanpa sandaran dapat mengakibatkan beban pada daerah lumbal.
  • Postur duduk tegak lurus, membungkuk kedepan dapat mengakibatkan fatigue.
  • Pengadaan backrest dapat mengurangi kelelahan/fatigue di daerah lumbal.
Catatan Fungsi tulang punggung :
a. Menyangga postur agar tetap tegak
b. Tempat melekatnya pembuluh darah & saraf
c. Untuk melakukan gerakan
Jadi masalah pada tulang punggung adalah di lumbal 5 (L5) dan sacrum 1 (s1), karena S1 sifatnya tidak bergerak (imobile) sedangkan L5 bergerak.

 2. PERILAKU DUDUK

  • KENYAMANAN (Comfort) VS KETIDAK-NYAMANAN (Discomfort)
  • KEGELISAHAN: Semakin banyak gerakan, maka timbul kegelisahan dan menyebabkan ketidaknyamanan.

 3. PERILAKU DINAMIS SELAMA DUDUK

Pergerakan-pergerakan reguler.
  • Tulang panggul berbentuk piramida terbalik.
  • Ischial tuberosities” dengan luasnya sekitar 25 cm2 . Selama duduk 75% dari total berat badan dipikul oleh tonjolan tersebut.
  • “Compression fatigue” kelelahan karena tekanan pada tulang punggung daerah L5 dan S1.
  • Mempengaruhi ujung-ujung saraf dengan manifesasi rasa sakit, nyeri dan baal (mati rasa).

DESAIN KURSI ERGONOMIS

1.  TINGGI KURSI / SEAT HEIGHT (H)

Harus mewakili 5th % (persentil) wanita, agar kaki tidak menggantung yang dapat menyebabkan tekanan pada pembuluh darah hingga menyebabkan kaki kesemutan, kaki bengkak atau nyeri.

2.  KEDALAMAN KURSI / SEAT DEPTH (D)

Harus mewakili 5th % (persentil) wanita, jika dibuat terlalu sempit maka lutut bisa terpentuk.

3.  SANDARAN KURSI (BACKREST)

Ada 3 tingkatan sandaran:
a.  Sandaran kursi rendah (low level backrest). Biasanya berkisar antara 15-20 mm.
b.  Sandaran kursi menengah (midle level backrest). Menyangga seluruh bagian bahu (Laki-laki; 95th % ile). Biasanya 645 mm.
c.  Sandaran kursi tinggi (high level backrest). Kursi direktur, kursi sopir (supaya pada waktu pengereman mendadak leher tidak terbentur / whiplash injury). Menyangga seluruh berat kepala dan leher. Diperlukan ketinggian 900 mm untuk mencakup 95th  %ile kaum lelaki.

 4.  BACKREST ANGLE ORRAKE (α)

back rest angle (Herman Miller)
  • Semakin miring maka semakin banyak berat badan yang disupport oleh backrest sehingga tekanan kompresi pada batas tulang punggung dan panggul (L5/S1) menjadi berkurang.
  • Semakin besar sudut antara paha dan tulang punggung maka lordosis lumbal bertambah sehingga bagian horizontal dari vertebra yang mengalami tekanan kompresi semakin bertambah.
  • Optimal angle = 100 -1100 , yakni cocok untuk kursi santai.
  • Sudut yang berlebih adalah tidak cocok untuk ‘low’ atau ‘medium level backrest’ karena menyebabkan bagian atas badan menjadi tidak tersangga.
Seating Design (pic by www.castlemaineindependent.org) [8]

5.  LEBAR KURSI (SEAT WIDTH)

‘Lebar panggul maximum’ dikurang 5 cm (2.5 kanan & 2.5 kiri).

6.  SEAT ANGLE OR TILT (β)

Desain Tempat Duduk (Seating Design)
Good contact dengan sandaran kursi (backrest), keperluan umum = 5 s/d 100

7.  SANDARAN LENGAN TANGAN (ARMREST)

  • Penunjang tambahan untuk postur.
  • Membantu berdiri dan duduk ke kursi
  • Nervus ulnaris.

8.  RUANG KAKI (LEGROOM)

a. Lateral legroom (500-600 mm).
b. Vertical legroom
  • Tinggi lutut populasi laki-laki, 95th ile.
  • Tinggi popliteal + ketebalan paha
c. Forward legroom

9.  SEAT SURFACE

  • Mendistribusikan tekanan pada bokong (buttock), dengan mempertimbang; kedalam (shapping) dan kekenyalan (padding).
  • Konsensus dasar disepakati sebagai berikut :
a.       Permukaan kursi rata, ujung depannya bulat.
b.      ‘Upholstery’ agak kaku ketimbang lembek.
c.       Material pelapis (covering material) yang berpori, agar menjaga ventilasi/sirkulasi udara.
Kursi Nyaman DPR/MPR

Sekarang mari anda evaluasi apakah kursi anda sudah selayak dengan kursi standar yang telah kita bahas diatas, seperti contoh kursi yang dimiliki oleh pemimpin-pemimpin bangsa :



(Red: Frans Hutasoit)
Ref:
[1] International Ergonomic Association (IEA: 2010) http://www.iea.cc/01_what/What is Ergonomics.html
[2] Kurniawidjaja, LM. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI Press; 2010, page 183
[3] Satrya Chandra. Materi kuliah K508: Ergonomi. FKM Universitas Indonesia
[4] http://birokrasi.kompasiana.com/2011/01/16/desain-anti-ngantuk-gedung-dpr-baru-333551.html
[5] http://www.hermanmiller.com/research/solution-essays/the-kinematics-of-seating.html
[6] http://nasional.kompas.com/read/2012/01/27/09065347/Kursi.Setara.16.Kali.Upah.Buruh
[7] http://www.suarapembaruan.com/home/kursi-mewah-ruang-banggar-yang-pertama-diganti/16678
[8] http://www.castlemaineindependent.org/2011/07/furniture-designers-sit-down/#?s=2&_suid=138074049599408820576107692484